Para penulis sejarah tentang riwayat hidup
Sayyidah nafisah, cicit Nabi Muhammad SAW,
ada yang menjelaskan sampai 150 karomah. Kami nukilkan beberapa di antaranya
Menuturkan tentang salah seorang sufi besar wanita yakni Sayyidah Nafisah, putri Hasan Al Anwar bin Zaid Al Ablaj bin Imam Hasan ‘Ali bin Abi Thalib, dan persahabatannya dengan Imam Syafi’i.
Kali ini kami menuturkan kisah Sayyidah Nafisah, khusus yang berkaitan dengan keramat atau karomah yang dinisbahkan kepada beliau.
Perlu diketahui, karomah-karomah yang dinisbahkan kepada Sayyidah Nafisahsangatlah banyak. Para penulis tentang riwayat hidupnya menceritakan dengan panjang lebar, bahkan ada yang menceritakan sampai 150 karomah.
Sebagian karomah itu terjadi ketika Sayyidah Nafisah masih hidup, sedangkan yang lainnya terjadi setelah wafat. Di antara karomah – karomahnya yang terjadi ketika dia masih hidup adalah yang berhubungan dengan kesembuhan seorang gadis Yahudi dari dari penyakit Lumpuh.
Diceritakan bahwa sayyida nafisah datang ke Mesir, dia tinggal bertetangga dengan keluarga Yahudi yang memiliki seorang anak gadis hang lumpuh. Pada suatu hari, ibu si gadis pergi untuk suatu keperluan . Sang ibu menitipkan anaknya di tempat tetangganya, Sayyidah Nafisah.
Ketika Sayyidah Nafisah Berwudhu, air basuhannya jatuh ketempat gadis Yahudi yang lumpuh itu. Tiba-tiba Allah memberi ilham kepada si gadis, agar mengambil air wudhu tersebut sedikit dengan tangannya, dan membasuh kedua kakinya dengan air itu.
Maka dengan izin Allah, anak itu dapat berdiri dan lumpuhnya hilang. Saat itu terjadi, Sayyidah Nafisah sudah sibuk dengan shalatnya. Ketika anak itu tau ibunya sudah kembali, dia mendatanginya dengan berlari dan mengisahkan apa yang telah terjadi.
Maka menangislah si ibu karena sangat gembiranya, lalu berkata, “ tidak ragu lagi, agama Sayyidah Nafisah yang mulia itu sungguh-sungguh agama yang benar ! “
Kemudian dia masuk ketempat Sayyida Nafisah untuk menciuminya. Lalu dia mengucapkan Kalimat Syahadat dengan Ikhlas karena Allah SWT. Kemudian datang ayahnya si gadis yang bernama ( Ayub Abu Assaraya ), yang merupakan seorang tokoh yahudi. Ketika dia melihat anak gdisnya telah sembuh, dia pun sangat gembira dan bertanya
kepada istrinya tentang sebab kesembuhannya.
Setelah mendengar cerita istrinya, sang ayah mengangkat tangan ke langit dan berkata, “ Maha Suci Engkau yang memberikan petunjuk kepada orang yang Engkau kehendaki. Demi Allah, inilah dia agama yang benar.”
Lalu dia menuju rumah Sayyidah Nafisah dan minta izin untuk masuk. Sayyidah Nafisah mengizinkannya. Ayah si gadis itu bicara kepadanya dari balik tirai. Dia berterima kasih kepada Sayyidah Nafisah dan menyatakan masuk Islam dengan mengatakan , “ Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan melainkan Allah dan bahwa datukmu, Muhammad, adalah Rasul Allah, “
Kisah ini kemudian menjadi sebab masuk islam-nya sekelompok Yahudi yang lain, yang tinggal bertetangga dengan Sayyidah Nafisah.
Diantara keramat Sayyidah Nafisah juga dikisahkan bahwa seorang laki-laki menikah dengan wanita Dzimi dan mendapatkan seorang anak laki-laki darinya.
Anak itu lalu tumbuh dewasa. Pada suatu hari, si anak melakukan perjalanan. Ternyata dia menjadi wartawan di negri musuh. Ibunya pergi ketempat ibadahnya dan merendahkan dirinya, namun tidak ada jawaban.
Maka dia berkata dengan suaminya, “ Aku mendengar bahwa di antara kalian( orang – orang islam ) terdapat seorang wanita bernama Nafisah binti Al-Hasan Al-Anwar. Pergilah kepadanya. Mungkin dia dapat mendo’akan anak kita agar dapat pulang jika anak kita selamat, aku akan beriman ( Masuk Islam ) melalui dia.
Berangkatlah si suami ke tempat Sayyidah Nafisah untuk meminta do’a untuk anaknya itu. Sayyidah Nafisah mengabulkan permintaan tersebut.
Setelah itu, ketika waktu malam datang, tiba-tiba ada ketukan di pintu rumahnya sang ibu yang kehilangan anaknya. Maka dia bangkit membukakan pintu. Ternyata anaknya telah datang.
Dia lalu bertanya kepada anaknya, “ bagaimana engkau bisa pulang ? “ anaknya menjawab, “ Aku tahu, tiba-tiba ada tangan di atas belengguku, dan aku mendengar ada orang yang mengatakan, lepaskan dia, karena Nafisah binti Al-hasan Al-Anwari telah memberikan syafaat kepadanya.’ Kemudian aku tidak tahu apa-apa sampai aku telah berdiri di pintu ini.
Esok paginya wanita itu pergi menemui Sayyidah Nafisah. Setelah berterima kasih kepadanya, dia menyatakan masuk islam.
Berikutnya ada cerita tentang seorang penguasa yang lalim dan apa yang terjadi padanya. Diceritakan bahwa salah seorang ( penguasa Mesir ) benar-benar terkenal akan kelalimannya.
Pada suatu hari, penguasa ini memerintahkan dilakukan penangkapan terhadap seseorang untuk disiksa. Orang itu lalu ditangkap. Ketika Dia bersama para pembantu sang penguasa melewati rumah Sayyidah Nafisah, dia meminta perlindungan kepadanya.
Sayyidah Nafisah mendengar permohonan orang malang itu. Setelah mendo’akannya agar selamat, Sayyidah berkata kepadanya, “ Hijab Allah akan menghalangi pandangan orang lalim darimu.”
Orang tersebut dibawa dihadapkan kepada penguasa lalim itu. Tetapi, si penguasa tidak melihatnya, dia bertanya kepada para pengawal, “ mana orang itu ? “ mereka menjawab, “ dia telah berdiri di hadapan paduka. “
Penguasa itu berkata lagi, “ Demi Allah aku tidak melihatnya, “ seorang pengawal kemudian bercerita, “ kami tadi melewati Sayyidah Nafisah dan orang ini meminta do’a kepadanya. Lalu Sayyidah Nafisah berkata kepadanya. ‘ Hijab Allah akan menghalangi padangan orang-orang yang lalim darimu, “ begitulah paduka. “
Maka berkatalah penguasa itu, “apakah kelalimanku membuat Allah menghalangi pandanganku dari orang orang yang dilalimi berkat do’a Sayyidah Nafisah ? “
Penguasa itu lalu bertaubat kepada Allah dan merendahkan diri padaNya agar taubatnya diterima dan menyingkapkan pandangannya. Ia memohon , “ Ya Allah Ya Tuhanku, aku bertaubat kepadamu.
Seketika dia pun dapat melihat orang yang dilaliminya sedang berdiri di hadapannya. Dia lalu memanggilnya, kemudian mencium kepalanya dan memberinya hadiah serta mempersilahkan pergi dari tempat itu dengan mengucapkan terima kasih.
Kemudian si penguasa mengumpulkan hartang dan menyedekahkan kepada para fakir miskin. Dia juga mengirimkan 100,000 dhirham kepada Sayyidah Nafisah dan mengatakan kepadanya, “ ini sebagai tanda syukur kepada Allah dari seorang hamba yang telah bertaubat kepadaNya.”
Sayyidah mengambil uang itu dan membagi-bagikannya kepada orang-orang yang membutuhkan.
Imam Al Manawi saat berbicara tentang karomah-karomah Sayyidah Nafisah, mengutip keterangan yang diriwayatkan oleh Al Azhari dalam kitab ( Al-Khawakib As-Sayyarah ) yang secara ringkas menyebutkan, sebagai berikut ini :
Ada seorang wanita tua yang memiliki empat orang gadis. Mereka dari hari – ke hari makan dari hasil tenunan wanita itu. Sepanjang waktu dia membawa tenunan yang dihasilkannya ke pasar untuk di jual. Setengah hasilnya digunakan untuk membeli bahan tenunan. Sedangkan setengahnya untuk biaya makan minum mereka.
Suatu ketika, wanita itu membawa tenunannya yang ditutupi kain lusuh berwarna merah ke pasar tiba-tiba seekor burung menyambar kain itu beserta isinya, yang merupakan
hasil usahanya selama seminggu.
Menyadari musibah yang menimpanya, wanita miskin itu jatuh pingsan. Ketika sadar, di duduk sambil menangis. Dia berpikir bagaimana akan memberi makan anak-anak yatim yang diasuhnya.
Melihat kesedihan nenek ini, orang-orang kemudian memberikan petunjuk kepadanya agar menemui Sayyidah Nafisah. Sang nenekpun menuruti nasehat tersebut. Dia pergi ketempat Sayyidah Nafisah dan menceritakan musibah yang menimpa dirinya seraya meminta do’a kepadanya.
Sayyidah Nafisah lalu berdo’a,” Wahai Allah, Wahai Yang Maha Tinggi dan Maha Memiliki, gantikanlah untuk hambaMu. Ini apa yang telah rusak. Karena, karena mereka adalah makhluMu dan tanggunganMu. Sesungguhnya engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Setelah berdo’a demikian, kemudian Sayyidah Nafisah berkata kepada wanita tua itu, “ duduklah, sesungguhnya Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu. “
Maka duduklah wanita tersebut menantikan kelapangan atas musibahnya, sementara hatinya terus menangisi anak-anaknya yang masih kecil.
Tidak beberapa lama kemudian, datanglah sekelompok orang menemui Sayyidah Nafisah. Mereka bercerita tentang apa saja yang baru dialami. Diceritakan, mereka sedang mengadakan perjalanan laut ketika tiba-tiba terjadi kebocoran dan perahu mereka nyaris tenggelam.
Sekonyong-konyong datang seekor burung yang menempelkan kain merah berisi tenunan di lobang itu, sehingga lobang tersebut tersumbat. Dengan izin Allah perahu pun tidak jadi tenggelam dan terus berlayar sampai kepelabuhan.
Sebagai tanda syukur kepada Allah SWT. Atas keselamatan mereka, kepada Sayyidah Nafisah orang-orang itu memberikan uang ( Limaratus dinar ). Maka menangislah Sayyidah Nafisah seraya mengatakan, “ Tuhanku, Jungjunganku, dan Penolongku, alangkah kasih dan sayangnya Engkau kepda hamba-hambaMu.
Sayyidah Nafisah kemudian mendatangi wanita tua tadi, dan bertanya kepadanya berapa dia menjual tenunanya. “ Dua puluh dirham, ‘ jawabnya. Sayyidah Nafisah memberinya ( Limaratus dinar )
Wanita itu mengambil uang tersebut, lalu pulang kerumahnya. Kepada putri – putrinya, dia menceritakan kejadian yang telah dialaminya. Maka mereka datang menciummSayyidah Nafisah serta mengambil berkah darinya, seraya menawarkan diri untuk menjadi pelayan.
Disarikan dari kitab Asy-Sya’rawi :
Ana min Sulalah Ahl Al-Bait,
karya Sa’id ‘Ainain.
Rahamat Mulyadi Taman Bima Permai Blok A 11 Cirebon Jabar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar