Tafsir Surat Yasin (Ayat 21-36)
Syeikh Muhyiddin Ibnu Araby
“Dan suatu tanda kekuasaan Allah bagi mereka adanya malam, Kami tanggalkan siang dari malam itu, tiba-tiba mereka dalam kegelapan.”
Suatu tanda kebesaran Allah swt, adalah “malam kegelapan nafsu”
“Dan suatu tanda kekuasaan Allah bagi mereka adanya malam, Kami tanggalkan siang dari malam itu, tiba-tiba mereka dalam kegelapan.”
Suatu tanda kebesaran Allah swt, adalah “malam kegelapan nafsu”
yang ditanggalkan oleh “siangnya cahaya matahari ruh” dan ragam
kondisi ruhani, tiba-tiba mereka berada dalam kegelapan hijab. Dan
matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah takdir dari Yang
Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. “Matahari ruh” yang berjalan pada
edar maqomnya, yaitu Maqom Al-Haq swt, dalam akhir perjalanan ruh.
Semua
itu adalah takdir Yang Maha Perkasa, dimana KeperkasaanNya yang bisa
menghalangi mereka untuk sampai ke Hadhirat AhadiyahNya, Yang
Mengalahkan segalaNya dengan Sifat PaksaNya dan kefanaan makhlukNya.
Allah Yang Maha Tahu, yang mengetahui batas kesempurnaan setiap
perjalanan dan akhirnya.
Dan telah Kami tetapkan rembulan,
manzilah-manzilah, sehingga ketika sampai pada manzilah terakhir
kembalilah dia sebagaimana bentuk tandan yang tua.
Sedangkan
“Rembulan Qalbu” Kami tetapkan peredaran dalam perjalanannya menempuh
maqomat (manazil-manazil) antara lain seperti maqom al-Khauf, Ar-Raja’,
Sabar, Syukur, dan seluruh maqomat semisal Tawakal, dan Ridlo, sehingga
kembali ketika fana’ dalam ruhnya di dalam maqom Sirr, “sebagaimana
tandan yang matang”, yang menggambarkan kematangan jiwa dengan kecerahan
wajah hati yang mengiringi Ruh sebelum sempurna kefanaannya, dan
ketiuka terhijab cahayanya oleh nafsu dan kekuatan dirinya. Dan
posisinya sebagai “purnama” karena posisinya ada di dalam dada yang
berhadapan dengan maqom Sirr.
Tidak layaklah matahari bertemu bulan, dan tidak pula malam mendahului siang. Dean masing-masing berada dalam garis edarnya.
Tidak
layaklah matahari “ruh” bertemu bulan qalbu, dalam perjalanan ruhaninya
, sehingga meraih keparipurnaan batin berupa sifat meliputi keseluruhan
semesta, dan tajalli dengan Akhlaq dan Sifat. Dan tidak pula malam
mendahului siang, dengan pertyemuan matahari dan bulan, serta perubahan
kegelapan nafsu menjadi siangnya cahaya qalbu.
Karena rembulan
qalbu ketika menanjak ke maqom ruh, maka ruh akan sampai ke Hadhirat
Wahdah (Kestauan) makanya tidak akan bertemu.
Pada saat itulah nafsu menjadi luapan api dalam qalbu yang tak lagi berada dalam kegelapannya, dan kegelapannya tidak akan melampaui cahanya, bahkan kegelapannya sirna. Hanya saja Qalbu dan cahanya berada di maqom Ruh, makanya tidak akan mendahuluinya menurut ketentuan baqo’Nya maqom Ruh.
Pada saat itulah nafsu menjadi luapan api dalam qalbu yang tak lagi berada dalam kegelapannya, dan kegelapannya tidak akan melampaui cahanya, bahkan kegelapannya sirna. Hanya saja Qalbu dan cahanya berada di maqom Ruh, makanya tidak akan mendahuluinya menurut ketentuan baqo’Nya maqom Ruh.
Dan
masing-masing berada dalam garis edarnya, berjalan, dengan ketentuan
dalam awal perjalanan dan akhirnya, yang tidak melampaui dua kenyataan,
berjalan sampai Allah swt memadukan antara dua ketentuan itu dalam satu
garis, lalu rembulan sirna dan matahari terbit dari arah tenggelamnya,
ketika itulah qiyamat tiba.
Dan suatu tanda bagi mereka adalah Kami angkat keturunan mereka dalam bahtera yang penuh dengan muatan.
Yaitu
kapal Nuh as, yang didalamnya ada rahasia yang sangat dahsyat, dimana
rahasianya tidak diceritakan oleh pendahulu mereka. Maka harus ada
keluarga dan keturunan yang bersambung.
Dan Kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai seperti bahtera itu.
Sebagaimana Kapal Nuh, yaitu Kapal Muhammadiyah yang sempurna untuk dikendarai menuju kepadaNya.
Dan
jika Kami menghendaki, Kami bisa tenggelamkan mereka, bagi tiada lagi
penolong bagi mereka, dan tidak pula mereka diselematkan.
Tetapi
(Kami selamatkan mereka) karena rahmat yang besar dari Kami dan untuk
memberikan kesenangan hidup sampai pada masa yang ditentukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar